A.
Hubungan
Antara Ilmu, Nilai, Dan Kesejahteraan Manusia
Pembicaraan tentang kaitan antara
ilmu dan nilai banyak memunculkan perbedaan pendapat. Kaum positivisme yang
tidak membedakan ilmu alam, sosial dan ilmu kemanusiaan merupakan pembela gigih
gagasan ilmu bebas nilai. Dalam perkembangan lebih lanjut neopositivisme bahkan
menganggap bahwa pembicaraan tentang nilai adalah sebagai pembicaraan yang
tidak bermakna karena tidak dapat diverifikasi diuji secara empiris.
Sebaliknya, penganut antipositivisme bersiteguh bahwa analisis keilmuan
terhadap gejala-gejala manusia dan kemasyarakatan tidak pernah dapat dibebaskan
dari perandaian-perandaian yang mengandung penilaian.
Secara umum, hubungan antara ilmu
dan nilai-nilai kemanusiaan tidak menimbulkan banyak masalah pada eksplorasi
ilmiah atau penelitian dalam bidang-bidang ilmu alam. Hal itu memungkinkan
untuk terjadi karena objek-objek penelitian ilmu alam sebagian besar adalah
objek-objek benda mati.
Ilmu dapat berkembang, maju dan
bermanfaat jika syarat-syaratnya, kaidah-kaidahnya dijalankan dan ditaati,
jugajika ilmu dibiarkan bekerja dengan sifat hakikinya sendiri, sesuai dengan
dinamika dan hukum-hukumnya serta ketentuan-ketentuan ilmiahnya sendiri.
Akan tetapi, sudah sejak lama juga
disadari bahwa ilmu memiliki keterbatasan-keterbatasan. Masalah akan banyak
muncul apabila hasil-hasil penelitian dalam ilmu alam itu diterapkan dalam
kehidupan nyata, misalnya penerapan dalam bentuk teknologi yang telah
menimbulkan berbagai persoalan. Seperti pemanfaatan nuklir untuk pembangkit
tenaga listrik, proses kloning dalam ilmu kedokteran terhadap hewan diterapkan
pada manusia, dan pemanfaatan mesin canggih untuk pemintalan benang di sebuah
indrustri konveksi yang pada waktu sebelumnya dilakukan secara manual.
Masalah teknologi yang
mengakibatkan dehumanisasi merupakan masalah kebudayaan. Artinya, dihadapkan
dengan ekses teknologi yang bersifat negatif ini, maka masyarakat harus
menentukan teknologi mana saja yang akan dipergunakan dan teknologi mana yang
tidak. Hal ini dilakukan karena baik
cara mengusahakan ilmu dan pemanfaatan ilmu telah makin berkembang dan
memunculkan tidak hanya kegunaan tetapi sekaligus ancaman bagi umat manusia.
Masalah hubungan antara ilmu dan
pertimbangan nilai dalam kasus-kasus ilmu sosial nampaknya sekaligus menyentuh
bidang penelitian dan bidang penerapan hasil penelitian. Pada penelitian
berancang eksperimen dalam bidang psikologi, pengawasan dan perlindungan
terhadap keseimbangan mental partisipan penelitian harus selalu diperhatikan.
Demikian pula dalam tahap penerapan hasil penelitian, pertimbangan nilai
menjadi suatu hal yang selalu harus diperhatikan agar tidak mencederai
nilai-nalai agama atau kebudayaan yang diyakini oleh orang maupun kelompok
masyarakat tertentu. Pertimbangan nilai menjadi penting dalam penerapan ilmu,
karena secara keseluruhan tujuan pengembangan ilmu adalah tercapainya
kesejahteraan manusia. Secara lebih spesifik, hubungan antara ilmu dan nilai
dapat diilustrasikan pada prinsip-prinsip etika yang melandasi
penelitian-penelitian dan praktik-praktik psikologi.
Pennyataan-pernyataan tentang
prinsip-prinsip etika dari APA adalah sebagai berikut: Ahli psikologi harus
menghargai kehormatan dan kebermaknaan individu, dan berusaha menjaga dan
melindungi HAM. Mereka berkomitmen meningkatkan pemahaman tentang perilaku
manusia dan pemahaman manusia tentang dirinya sendiri dan orang lain, dan
memanfaatkan pengetahuan itu untuk kesejahteraan manusia.
Berpiajk pada pernyataan-pernyataan
tentang prinsip-prinsip dari APA, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan:
1.
ahli psikologi memiliki kewajiban
melindingi hak-hak kerahasiaan informasi yang diberikan oleh para klien maupun
partisipan penelitian.
2.
ahli psikologi memiliki kewajiban
melindungi hak-hak partisipan penelitian.
3.
Ahli psikologi memiliki kewajiban
melindungi secara cermat perlakuan manusia terhadap hewan yang menjadi subjek
penelitian.
Dari penyataan-pernyatan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa ilmu psikologi sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial pun harus
selalu memerhatikan nilai-nalia kemanusiaan agar dapat selalu menjamin
tujuan-tujuan ilmu secara umum, yaitu mencapai kesejahteraan manusia. Ilmu
sebagai bagian dari hasil karya dan kegiatan kebudayaan manusia tidak mungkin
terlepas dari nilai-nilai etis dan estetis yang sangat memberi pengaruh bagi
kehidupan manusia. Dalam hal ini secara khusus, tujuan eksplorasi dan penerapan
ilmu tidak dicapai semata-mata hanya untuk ilmu an sich, namun lebih jauh lagi bagi tujuan kesejahteraan manusia
berdasar nilai-nilai kemanusiaan.
B.
Penerapan
Ilmu bagi Kesejahteraan Manusia
Tujuan penerapan ilmu adalah untuk
mencapai kesejahteraan manusia dan salah satu aspeknya adalah pencapaian
kebahagiaan.
1. Paham
materialisme
Sejak perkembangan revolusi
industri pada abad ke-17, manusia memiliki optimisme yang tinggi bahwa
perkembangan ilmu alam dan teknologi yang berakar pada paham-paham materialisme
yang bersifat positivistis memberikan jaminan bagi kesejahteraan manusia. Namun,
krisis ekonomi pada abad ke-20 di banyak dunia menggambarkan bahwa materialisme
ekonomi tidak memiliki dasar-dasar yang kokoh untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia. Namun, suatu hasil penelitian psikologi sosial yang dilakukan oleh Ed
Diener pada tahun 2000 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan di
negara-negara yang secara material ekonomis termasuk sejahtera memiliki
penduduk yang cenderung merasa puas secara psikologis dengan keadaan dirinya.
Namun demikian juga,catatan yang dikemukaakan oleh Ronald Inglehart menyatakan
bahwa di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa hubungan antara penghasilan ekonomi
dan kebahagiaan personal adalah rendah. Selain itu juga, dalam hasil penelitian
yang dilakukan oleh Cross-National Coliaborative Groups pada tahun 1992
menunjukkan tingkat depresi di kalangan Amerika Serikat terus meningkat,
terutama di kalangan generasi muda dan generasi dewasa muda. hasil penelitian
yang kurang lebih sama juga terjadi di negara maju lainnya. Jadi, dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam dunia materialisme modern di
negara-negara maju ternyata tidak berjalan seiring dengan perkembangan moral
atau kebahagiaan.
2. Nuklir
Pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert
Einstein menulis surat kepada presiden Amerika Serikat byang memuat rekomendasi
mengenai serangkaian kegiatan yang kemudian mengarah pada pembuatan bom atom.alasan
untuk menulis surat dikarenakan kekhawatirannya mengenai kemungkinan pembuatan
bom atom oleh Nazi. Einstein waktu itu memihak sekutu karena menurut anggapannya
sekutu mewakili aspirasi kemanusiaan karena rezim Nazi tidak
berperikemanusiaan. Atom yang pemanfaatannya digunakan sebagai tenaga nuklir
untuk pembangkit listrik dapat memudahkan manusia dalam listrik dan penerangan
dan dengan biaya yang lebih murah daripada pembangkit listrik yang menggunakan
energi batu bara. Namun apabila terjadi masalah terhadap nuklir tersebut,
misalnya nuklir meledak seperti yang terjadi di Jepang, dapat membahayakan
keselamatan manusia dan dapat mengganggu lingkungan yang ada disekitarnya yang
radiusnya begitu luas.
3. Revolusi
genetika
Revolusi genetika merupakan babakan
baru dalam sejarah keilmuan manusia sebaab sebelum ini ilmu tidak pernah
menyentuh manusia sebagai objek penelaahan itu sendiri. Namun pernah ada
penelaahan yang menggunakan jasad manusia
yang dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang bebrkaitan
dengan penyakit jantung. Dan diatas pengetahuan itu dikembangkan teknologi yang
berupa alat yang memberi kemudahan bagi kita untuk menghadapi gangguan-gangguan
jantung. Selain itu, melakukan revolusi genetika atau proses kloning dalam ilmu
kedokteran dapat diterapkan terhadap hewan. Kloning tersebut dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan kloning terbesar
di dunia yaitu perusahaan BGI yang berada di China yang mengkloning babi secara
massal yang settiap tahunnya menghasilkan 500 babi hasil kloning.
Sejak Dolly si domba berhaisl
dikloning, para ilmuan mengaplikaiskan teknik yang sama. Ian Wilmut, ahli
embrio membuat dunia tercengang karena berhaisl mengkloning mamalia pertama:
apakah manusia bisa dikloning dengan cara yang sama? Sebuah topik yang juga
melecut debat panas dan sengit, terutama
soal etika dan moralitas. Namun, kloning yang dilakukan pada manusia digunakan
untuk pengobatan. Sel induk adalah
harapan besar untuk obat. Mampu membuat jaringan baru yang mungkin bisa
menyembuhkan kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan jantung atau memperbaiki
sumsum tulang belakang yang putus. Namun, disisi penentang mengatakan, tidak
etis untuk melakukan percobaan pada embrio manusia. Dengan langkah ini, bisa
jadi mengarah pada kloning manusia secara utuh meski dengan cara seperti itu
tidak akan menjadi manusia utuh. Dengan demikian, penting untuk membuat larangan
hukum internasional untuk kloning manusia sebelum penelitian lebih lanjut
seperti ini terjadi. Selain itu, dalam agama juga tidak diperbolehkan dalam
kloning.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanurawan,
Fattah.2012.Filsafat Ilmu Psikologi.Malang:Fakultas
Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang.
Suriasumantri,
Jujun S.2010.Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan
Rahmat,
Aceng Dr.,dkk.2013.Filsafat Ilmu
Lanjutan.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Salam,
Burhanuddin Drs.2012.Pengantar Filsafat.Jakarta:PT
Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar