Senin, 12 Desember 2016

ILMU PSIKOLOGI, NILAI, DAN KESEJAHTERAAN MANUSIA



A.                Hubungan Antara Ilmu, Nilai, Dan Kesejahteraan Manusia
Pembicaraan tentang kaitan antara ilmu dan nilai banyak memunculkan perbedaan pendapat. Kaum positivisme yang tidak membedakan ilmu alam, sosial dan ilmu kemanusiaan merupakan pembela gigih gagasan ilmu bebas nilai. Dalam perkembangan lebih lanjut neopositivisme bahkan menganggap bahwa pembicaraan tentang nilai adalah sebagai pembicaraan yang tidak bermakna karena tidak dapat diverifikasi diuji secara empiris. Sebaliknya, penganut antipositivisme bersiteguh bahwa analisis keilmuan terhadap gejala-gejala manusia dan kemasyarakatan tidak pernah dapat dibebaskan dari perandaian-perandaian yang mengandung penilaian.
Secara umum, hubungan antara ilmu dan nilai-nilai kemanusiaan tidak menimbulkan banyak masalah pada eksplorasi ilmiah atau penelitian dalam bidang-bidang ilmu alam. Hal itu memungkinkan untuk terjadi karena objek-objek penelitian ilmu alam sebagian besar adalah objek-objek benda mati.
Ilmu dapat berkembang, maju dan bermanfaat jika syarat-syaratnya, kaidah-kaidahnya dijalankan dan ditaati, jugajika ilmu dibiarkan bekerja dengan sifat hakikinya sendiri, sesuai dengan dinamika dan hukum-hukumnya serta ketentuan-ketentuan ilmiahnya sendiri.
Akan tetapi, sudah sejak lama juga disadari bahwa ilmu memiliki keterbatasan-keterbatasan. Masalah akan banyak muncul apabila hasil-hasil penelitian dalam ilmu alam itu diterapkan dalam kehidupan nyata, misalnya penerapan dalam bentuk teknologi yang telah menimbulkan berbagai persoalan. Seperti pemanfaatan nuklir untuk pembangkit tenaga listrik, proses kloning dalam ilmu kedokteran terhadap hewan diterapkan pada manusia, dan pemanfaatan mesin canggih untuk pemintalan benang di sebuah indrustri konveksi yang pada waktu sebelumnya dilakukan secara manual.
Masalah teknologi yang mengakibatkan dehumanisasi merupakan masalah kebudayaan. Artinya, dihadapkan dengan ekses teknologi yang bersifat negatif ini, maka masyarakat harus menentukan teknologi mana saja yang akan dipergunakan dan teknologi mana yang tidak.  Hal ini dilakukan karena baik cara mengusahakan ilmu dan pemanfaatan ilmu telah makin berkembang dan memunculkan tidak hanya kegunaan tetapi sekaligus ancaman bagi umat manusia.
Masalah hubungan antara ilmu dan pertimbangan nilai dalam kasus-kasus ilmu sosial nampaknya sekaligus menyentuh bidang penelitian dan bidang penerapan hasil penelitian. Pada penelitian berancang eksperimen dalam bidang psikologi, pengawasan dan perlindungan terhadap keseimbangan mental partisipan penelitian harus selalu diperhatikan. Demikian pula dalam tahap penerapan hasil penelitian, pertimbangan nilai menjadi suatu hal yang selalu harus diperhatikan agar tidak mencederai nilai-nalai agama atau kebudayaan yang diyakini oleh orang maupun kelompok masyarakat tertentu. Pertimbangan nilai menjadi penting dalam penerapan ilmu, karena secara keseluruhan tujuan pengembangan ilmu adalah tercapainya kesejahteraan manusia. Secara lebih spesifik, hubungan antara ilmu dan nilai dapat diilustrasikan pada prinsip-prinsip etika yang melandasi penelitian-penelitian dan praktik-praktik psikologi.
Pennyataan-pernyataan tentang prinsip-prinsip etika dari APA adalah sebagai berikut: Ahli psikologi harus menghargai kehormatan dan kebermaknaan individu, dan berusaha menjaga dan melindungi HAM. Mereka berkomitmen meningkatkan pemahaman tentang perilaku manusia dan pemahaman manusia tentang dirinya sendiri dan orang lain, dan memanfaatkan pengetahuan itu untuk kesejahteraan manusia.
Berpiajk pada pernyataan-pernyataan tentang prinsip-prinsip dari APA, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan:
1.      ahli psikologi memiliki kewajiban melindingi hak-hak kerahasiaan informasi yang diberikan oleh para klien maupun partisipan penelitian.
2.      ahli psikologi memiliki kewajiban melindungi hak-hak partisipan penelitian.
3.      Ahli psikologi memiliki kewajiban melindungi secara cermat perlakuan manusia terhadap hewan yang menjadi subjek penelitian.
Dari penyataan-pernyatan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu psikologi sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial pun harus selalu memerhatikan nilai-nalia kemanusiaan agar dapat selalu menjamin tujuan-tujuan ilmu secara umum, yaitu mencapai kesejahteraan manusia. Ilmu sebagai bagian dari hasil karya dan kegiatan kebudayaan manusia tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai etis dan estetis yang sangat memberi pengaruh bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini secara khusus, tujuan eksplorasi dan penerapan ilmu tidak dicapai semata-mata hanya untuk ilmu an sich, namun lebih jauh lagi bagi tujuan kesejahteraan manusia berdasar nilai-nilai kemanusiaan.

B.                 Penerapan Ilmu bagi Kesejahteraan Manusia
Tujuan penerapan ilmu adalah untuk mencapai kesejahteraan manusia dan salah satu aspeknya adalah pencapaian kebahagiaan.
1.      Paham materialisme
Sejak perkembangan revolusi industri pada abad ke-17, manusia memiliki optimisme yang tinggi bahwa perkembangan ilmu alam dan teknologi yang berakar pada paham-paham materialisme yang bersifat positivistis memberikan jaminan bagi kesejahteraan manusia. Namun, krisis ekonomi pada abad ke-20 di banyak dunia menggambarkan bahwa materialisme ekonomi tidak memiliki dasar-dasar yang kokoh untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun, suatu hasil penelitian psikologi sosial yang dilakukan oleh Ed Diener pada tahun 2000 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan di negara-negara yang secara material ekonomis termasuk sejahtera memiliki penduduk yang cenderung merasa puas secara psikologis dengan keadaan dirinya. Namun demikian juga,catatan yang dikemukaakan oleh Ronald Inglehart menyatakan bahwa di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa hubungan antara penghasilan ekonomi dan kebahagiaan personal adalah rendah. Selain itu juga, dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Cross-National Coliaborative Groups pada tahun 1992 menunjukkan tingkat depresi di kalangan Amerika Serikat terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda dan generasi dewasa muda. hasil penelitian yang kurang lebih sama juga terjadi di negara maju lainnya. Jadi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam dunia materialisme modern di negara-negara maju ternyata tidak berjalan seiring dengan perkembangan moral atau kebahagiaan.
2.      Nuklir
Pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada presiden Amerika Serikat byang memuat rekomendasi mengenai serangkaian kegiatan yang kemudian mengarah pada pembuatan bom atom.alasan untuk menulis surat dikarenakan kekhawatirannya mengenai kemungkinan pembuatan bom atom oleh Nazi. Einstein waktu itu memihak sekutu karena menurut anggapannya sekutu mewakili aspirasi kemanusiaan karena rezim Nazi tidak berperikemanusiaan. Atom yang pemanfaatannya digunakan sebagai tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dapat memudahkan manusia dalam listrik dan penerangan dan dengan biaya yang lebih murah daripada pembangkit listrik yang menggunakan energi batu bara. Namun apabila terjadi masalah terhadap nuklir tersebut, misalnya nuklir meledak seperti yang terjadi di Jepang, dapat membahayakan keselamatan manusia dan dapat mengganggu lingkungan yang ada disekitarnya yang radiusnya begitu luas.
3.      Revolusi genetika
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebaab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaahan itu sendiri. Namun pernah ada penelaahan yang menggunakan jasad manusia  yang dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang bebrkaitan dengan penyakit jantung. Dan diatas pengetahuan itu dikembangkan teknologi yang berupa alat yang memberi kemudahan bagi kita untuk menghadapi gangguan-gangguan jantung. Selain itu, melakukan revolusi genetika atau proses kloning dalam ilmu kedokteran dapat diterapkan terhadap hewan. Kloning tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan kloning terbesar di dunia yaitu perusahaan BGI yang berada di China yang mengkloning babi secara massal yang settiap tahunnya menghasilkan 500 babi hasil kloning.
Sejak Dolly si domba berhaisl dikloning, para ilmuan mengaplikaiskan teknik yang sama. Ian Wilmut, ahli embrio membuat dunia tercengang karena berhaisl mengkloning mamalia pertama: apakah manusia bisa dikloning dengan cara yang sama? Sebuah topik yang juga melecut  debat panas dan sengit, terutama soal etika dan moralitas. Namun, kloning yang dilakukan pada manusia digunakan untuk pengobatan.  Sel induk adalah harapan besar untuk obat. Mampu membuat jaringan baru yang mungkin bisa menyembuhkan kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan jantung atau memperbaiki sumsum tulang belakang yang putus. Namun, disisi penentang mengatakan, tidak etis untuk melakukan percobaan pada embrio manusia. Dengan langkah ini, bisa jadi mengarah pada kloning manusia secara utuh meski dengan cara seperti itu tidak akan menjadi manusia utuh. Dengan demikian, penting untuk membuat larangan hukum internasional untuk kloning manusia sebelum penelitian lebih lanjut seperti ini terjadi. Selain itu, dalam agama juga tidak diperbolehkan dalam kloning.

DAFTAR PUSTAKA

Hanurawan, Fattah.2012.Filsafat Ilmu Psikologi.Malang:Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang.
Suriasumantri, Jujun S.2010.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan
Rahmat, Aceng Dr.,dkk.2013.Filsafat Ilmu Lanjutan.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Salam, Burhanuddin Drs.2012.Pengantar Filsafat.Jakarta:PT Bumi Aksara.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar