Senin, 12 Desember 2016

MANAJEMEN EMOSI



Apa itu emosi? Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan itu. Emosi memiliki kompleksitas yang melibatkan sensasi dalam diri maupun ekspresi yang ditunjukkan yang memiliki kekuatan untuk memotivasi kita untuk berperilaku.  Charles Darwin (dalam Atwater, 1983) menyatakan pendapatnya bahwa emosi adalah sebagian besar respon alami yang memiliki nilai bertahan diri dalam kehidupan. Secara sederhana, emosi membantu untuk membangun dan mendorong kita untuk bertahan.
Emosi merupakan salah satu aspek terpenting yang dimiliki setiap individu. Dengan mengatur emosi dapat mempermudah kita untuk beradaptasi dengan lingkungan. Emosi mempengaruhi perilaku kita. Ketika menerima rangsangan, kita dengan sendirinya akan bereaksi, seperti menerima atau menolak. Misalnya, kamu ditertawakan orang lain ketika kamu terjatuh. Ketika kamu tidak terima dengan perilaku orang terhadap dirimu, kamu akan marah. Namun, jika kamu berhasil mengendalikan diri dalam situasi tersebut maka kamu tidak akan merasa takut dan dapat mengendalikan emosimu.
Fungsi lain dari emosi adalah memperkuat hubungan antar individu atau antar kelompok. Emosi yang bersifat positif dalam kehidupan sosial dapat membantu anak-anak untuk tumbuh dan berkembang.  Emosi yang bersifat negatif juga penting. Marah, cemas, cemburu, dan sedih dapat ditunjukkan untuk gangguan-gangguan dalam hubungan sosial yang tidak diinginkan. Singkatnya, kita dapat menunjukkan emosi negatif apabila terdapat gangguan yang tidak kita inginkan.
Kekuatan emosi mengindikasikan seberapa besar kamu afek terhadap situasi tersebut. Ketika kita merasakan emosi yang kuat, kita akan bereaksi atau memotivasi kita untuk bertindak. Tapi ketika kita merasakan sedikit atau tidak ada emosi, maka keinginan kita dalam menanggapi situasi tersebut hanya sedikit atau tidak ada. Dalam setiap situasi, setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan pengalaman yang dimiliki individu juga berbeda-beda. Pengalaman tersebut didapatkan ketika pertama kali mengalami situasi tersebut sehingga perasaan tersebut menjadi permanen. Misalnya, ada kecoa, kamu merasa biasa saja namun ketika ada temanmu yang menakutimu dengan kecoa tersebut kamu merasa takut terhadap kecoa tersebut. Dan dikemudian hari ketika kamu melihat kecoa, karena adanya pengalaman masa lalu yang ditakuti oleh teman-temanmu, kamu merasa takut terhadap kecoa. Atau terdapat temanmu yang suka menjahilimu. Karena kamu tidak suka oleh sebab itu kamu marah terhadap temanmu karena sikapnya.
Terkadang, kita mengahadapi situasi yang tidak dapat kita kendalikan sehingga kita lepas kontrol atau kendali yang mengakibatkan kita menjadi emosional dan tidak dapat mengendalikannya seperti marah-marah, cemas, menangis, atau bahkan karena kita terlalu mengontrol emosi kita menjadi sulit untuk menyampaikan pendapat kita. Kurang bisanya mengendalikan emosi dapat mengganggu baik kehidupan sosial maupun kesehatan fisik dan mental.
Dalam kehidupan sosial, bersosialisasi merupakan hal yang penting. Kita perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekitar kita. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecerdasan emosi atau pengaturan emosi yang baik merupakan aspek penting yang dapat membantu kita untuk beradaptasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Wahyu Indrariyani Artha dan Supriyadi (2013), Nova Annisa dan Agustin Handayani (2012), Fema Rachmawati, dan Ridwan Saptoto (2010), menerangkan bahwa kecerdasan emosi atau kematangan emosi menunjukkan hubungan positif yang signifikan dalam penyesuaian diri dalam lingkungan sosial.
Adanya gangguan emosi juga mempengaruhi kesehatan. Seperti yang telah dilansir detik.com (2011), menahan emosi dapat menyebabkan penyakit karena ketika emosinya kacau secara otomatis imun tubuhnya menurun dan dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat, juga University of Rochester, Amerika Serikat dengan metode longitudinal dalam jangka waktu 12 tahun yang dimulai pada tahun 1996, menyatakan bahwa 111 dari 769 responden telah meninggal dunia akibat penyakit jantung dan kanker yang disebabkan oleh kebiasaan memendam amarah dan emosi.
Jika permasalahan pengendalian emosi masih belum terselesaikan, mulailah mencoba untuk mengatakan pendapat dan perasaanmu kepada seseorang yang membuatmu kehilangan kendali dengan cara baik-baik dan dengan sopan. Kita membutuhkan lebih banyak latihan dalam mengungkapkan perasaan yang kita miliki ke orang lain. Dengan seperti itu, kita dapat menjaga keseimbangan emosi pada saat itu. Jika orang tersebut memberikan respon negatif atau kamu belum bisa mengungkapkan perasaan dirimu ke orang tersebut, kamu boleh menemui konselor atau psikoterapi yang dapat membantu kita belajar bagaimana cara mengekspresikan emosi kita lebih terbuka dan dengan baik.

Referensi
Atwater, Eastwood. 1983. Psychology of Adjustment Personal Growth in A Changing World (2nd Edition). New Jersey: PRENTICE-HALL INC.
Novita, C.. 2013. Memendam Emosi Akan Meningkatkan Resiko Kematian Akibat Sakit Jantung dan Kanker. Online-http:/sidomi.com/244199/memendam-emosi-akan-meningkatkan-resiko-kematian-akibat-sakit-jantung-dan-kanker
Wahyuningsih, Merry. 2011. Penyakit-Penyakit Karena Memendam Emosi. Online-http://health.detik.com/read/2011/12/08/183321/1786512/763/penyakit-penyakit-karena-memendam-emosi
Harnowo, Putro Agus. 2013. Hari kanker Sedunia Orang Yang Sabar Berlebihan & Sering menahan Amarah Lebih Berisiko Kanker. Online-http:/health.detik.com/read/2013/02/04/124912/2160430/736/orang-yang-sabar-berlebihan-sering-menahan-amarah-lebih-berisiko-kanker

Model Belajar Menurut Teori Pemrosesan Informasi



Model pemrosesan informasi ini dibuat untuk membantu pemahaman kita akan proses intenal yang terjadi dalam otak manusia. Kita kesulitan untuk secara langsung mengamati struktur dan mekanisme yang beroperasi dalam system persarafan saat kita memproses informasi. Oleh karena itu belajar menurut Model Pemrosesan Informasi (MPI) adalah proses perubahan perilaku dalam bentuk perubahan kapasitas memori untuk menyelesaikan problem yang disebabkan oleh tinggi rendahnya intensitas pemrosesan informasi yang berasal dari lingkungan. Teori pemrosesan informasi merupakan teori belajar kognitif yang mendeskripsikan pemrosesan, penyimpanan, dan pelacakan pengetahuan dari otak atau pikiran (Slavin, 1997).
Model pemrosesan informasi memiliki tiga komponen penyimpanan informasi. Komponen pertama adalah komponen penyimpanan informasi. Komponen penyimpanan informasi adalah tempat-tempat penyimpanan data yang berfungsi untuk menyimpan informasi. Ini serupa dengan lemari penyimpanan file ataupun penyimpanan data pada computer, flashdisk, maupun smartphone. Komponen penyimpanan informasi dalam model pemrosesan informasi terdiri dari tiga bagian, yakni sensory register, short-term memory (working memory), dan long-term memory.
Komponen kedua terdiri dari proses-proses kognitif. Proses-proses kognitif adalah aksi-aksi internal intelektual yang mentransfer informasi dari satu penyimpanan informasi ke penyimpanan informasi lainnya. Proses-prosesnya meliputi attention, perception, rehearsal, encoding, retrieval.
Komponen ketiga adalah metakognisi yang merupakan presiden dari proses-proses kognitif. Metakognisi adalah pengetahuan dari kesadaran individu akan proses-proses kognitifnya dan dalam mengontrol proses-proses tersebut. Sebagai contoh saat Tina memutuskan mencatat perkuliahan yang sedang berlangusung karena dengan begitu bisa menolongnya terus terarah dengan perkuliahannya dan tidak beralih ke hal yang lain. Tina sebenarnya sedang mendemonstrasikan pengetahuan dan kontrolnya atas attention.
Berikut adalah penjelasan berkenaan MPI dalam arti bagaimana mendemostrasikan cara kerja model ini. Kita akan mendiskusikan proses-proses yang menggerakkan informasi dari satu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan yang lainnya, dan akhirnya kita akan menganalisa bagaimana kemampuan-kemampuan metakognisi mengatur proses-proses.
Sepanjang pengalaman kita selama kita hidup, stimulus dari lingkungan terus-menerus membombardir kita, mulai dari jeritan anak kecil, bunyi klakson mobil, suara burung berkicau, suara petir, bau busuk dari makanan basi dan bau wangi dari parfum, cahaya matahari yang menusuk pepohonan sampai sentuhan semut kecil yang merayap di tubuh kita dan membuat kita gatal karena gigitannya. Semua ini disebut stimuli atau stimulus bila hanya tunggal. Di ruang kelas, suara guru bertanya dan murid menjawab, tayangan LCD yang menarik, dan keluhan murid karena ketidaknyamanan kursi dan bangku merupakan stimulus yang umum kita jumpai. Semua stimulus inilah yang seharusnya kita tangkap dan proses saat kita belajar di kelas dan mengingat apa yang dipelajari.
Tubuh manusia dilengkapi dengan berbagai indera (sensory) yang bisa dia gunakan untuk menangkap semua informasi yang ada dalam lingkungan untuk diteruskan ke otak guna diproses untuk memahaminya dan atau meyimpannya. Ada indera pendengaran, penglihatan, pembau, pengecap, peraba, juga ada indera keseimbangan (vestibular) dan indera proprioseptik ataupun indera yang terletak pada otot dan pergelangan.
Sensory register merekam informasi tanpa batas. Berbeda dengan computer yang kapasitasnya terbatas. Apa yang dilihat maupun didengar terekam apa adanya—belum dimaknai secara personal dan merupakan tempat penyimpanan informasi yang paling luar yang berhadapan langsung dengan stimulus.
Sayangnya lama penyimpanan hanya 1 detik untuk stimulus visual (penglihatan) dan 4 detik untuk stimulus auditory (pendengaran). Bila stimulus tidak diberi perhatian maka stimulus-stimulus tersebut akan hilang (Lost). Durasi 1 detik untuk visual, cukup untuk membuktikan bahwa sensory register adalah tempat penyimpanan informasi. Untuk stimulus auditory bisa sampai 4 detik bertahan dan ini yang menyebabkan anak-anak kecil bisa meniru apa yang diucapkan oleh orang dewasa disekitarnya, sebab apa yang diucapkan durasinya kurang dari 4 detik sehingga anak bisa mengulang kata-kata yang baru diucapkan ibunya.
Sensory Register adalah tempat penyimpanan informasi yang menyimpan kopi asli stimulus dalam waktu yang sangat singkat, sekitar 1 detik untuk informasi visual dan sekitar 4 detik untuk informasi auditory (Moates & Schumacher, 1980). Sensory register memiliki kapasitas penyimpanan tak terbatas, tetapi jika pemrosesan informasi tidak segera dimulai, memori akan stimulus yang terlacak akan segera hilang (Lost). Karena itu keberadaan sensory register sangat penting untuk pemrosesan lebih lanjut.
Beberapa hal bisa menghambat fungsi sensory. Misalnya faktor usia yang sudah tua, dan kecacatan yang berkaitan dengan hilangnya kemampuan indera sehingga individu yang bersangkutan perlu melakukan kompensasi hilangnya indera tertentu pada indera yang lain, misalnya anak tunanetra akan mengkompensasi atas hilangnya indera penglihatan dengan mengoptimalkan penggunaan indera pendengaran dan perabaan. Mereka bisa membaca dan menulis bukan karena bisa melihat huruf-huruf tersebut namun mereka meraba dan mendengar deskripsi verbal tentang huruf-huruf tersebut.

Informasi yang diterima sensory register kemudian diteruskan ke penyimpanan informasi selanjutnya, yakni Working Memory (shor-term memory). Short-term memory adalah tempat penyimpanan yang secara sadar sedang kita olah atau pikirkan.
Working memory memiliki dua fungsi vital yang saling berhubungan:
1)      Penyimpanan sementara yang mampu menyimpan secara terbatas informasi atau waktu yang singkat, biasanya 5-9 item (atau 7 ± 2) dan untuk waktu yang juga terbatas sekitar 20 detik (pada orang dewasa)
2)      Short-term memory melakukan operasi-operasi mental, seperti pemecahan masalah, menganalisa kebutuhan, mempertanyakan sesuatu, membandingkan sesuatu dengan lain, bahkan sampai mengerjakan hal yang sederhana seperti operasi hitung 2 + 2, dan sebagainya. Singkatnya apapun yang kita pikirkan maupun kita kerjakan dengan otak, berarti Working Memory sedang bekerja.
Disebut short-term memory karena sebagai tempat penyimpanan sementara dari informasi yang sedang diolah dan umumnya disebut juga Working Memory karena operasi-operasi manipulasi mental merupakan fungsi dari memory ini.
Berkaitan dengan kapasitas penyimpanannya yang terbatas, Cognitive Load Theory menekankan tiga faktor yang dapat menolong mengakomodasi keterbatasan Working Memory dalam pembelajaran:
1)      Chunking
Chunking yaitu proses memadukan item-item yang berbeda secara mental kedalam unit-unit yang lebih bermakna dan besar. Misalnya I, S, B adalah huruf-huruf yang berdiri sendiri dan butuh 3 byte untuk diingat, akan tetapi apabila dijadikan 1 byte menjadi BIS akan memudahkan untuk diingat. Contoh lainnya warna pelangi, Merah-Jingga-Kuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu—Sulit ditangkap secara cepat karena membutuhkan ruang sebanyak sekitar 14 byte. Akan tetapi jika diolah dengan penggalan (chunking) kedalam kata-kata bermakna menjadi Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-U—ia hanya akan menghabiskan sekitar 7 chunking atau byte. Artinya working memory akan dimampukan untuk bekerja secara efektif dan efisien.
Working memory berfungsi juga sebagai alat pemilah stimulus dan ini diperlukan karena keterbatasan kapasitasnya. Stimulus yang masuk kita putuskan apakah akan kita (1) lupakan saja atau membuangnya, (2) menahannya dengan cara mengulang-ulang (rehearsal) atau (3) memproses informasi atau stimulus tersebut ke Long-Term Memory dengan melakukan rehearsal yang intensif atau menghubungkan informasi dari stimulus tersebut dengan informasi yang telah atau dalam Long-Term Memory (Encoding).
Berbeda dengan Sensory Register, Working Memory memiliki kapasitas yang terbatas. Karena itu materi yang disajikan harus bertahap atau dipecah-pecah agar tidak overload (kepenuhan lebih dari kapasitas).
Pada anak-anak usia dini kadang mereka mengalami kesulitan memproses stimuli dan berbagai sumber secara simultan. Di sekolah dikenal yang namanya sambil menyelam minum air, artinya sambil mengerjakan tugas tertentu, seseorang diminta untuk memperhatikan hal-hal lain yang ada disekitarnya. Bagi anak-anak hal ini sulit apalagi bila mereka sedang terfokus dengan satu sumber. Misalnya, saat anak-anak sedang fokus mengerjakan tugas, sebaiknya guru jangan memberikan pengumuman yang lain. Pengumuman tersebut bisa tidak diproses atau ditangkap bahkan tidak akan diingat oleh anak. Karena pada saat itu Short-Term Memory anak sedang terfokus dan sibuk bekerja mengolah informasi dari banyak stimuli, apa yang ditulis di papan tulis dan apa yang ditulisnya. Sehingga bila ada stimuli baru (pengumuman) maka sulit untuk diolah dan akan segera terbuang atau hilang atau terlupakan. Oleh karena itu perlu dilakukan;
2)      Automatically
Automatically atau otomatis adalah pengunaan operai-operasi mental yang dapat ditampilkan dengan tidak begitu banyak usaha yang sadar (Healy et al, 1993 & Shiffrin 1997). Bila siswa diminta membuat karangan singkat misalnya, dan bila siswa tersebut sudah terampil bagaimana menulis huruf-huruf kecil dan capital dalam menulis kaat-kata, dan telah menguasai tanda baca—maka hal-hal ini (huruf kecil dan capital dan tanda-tanda baca) tidak lagi memenuhi Working Memory anak. Sehingga anak cukup memikirkan cerita apa yang akan ditulisnya. Dengan cara demikian apa yang akan dikerjakan tidak lagi banyak.
3)      Dual processing
Dual processing adalah cara dari dua bagian yang berbeda, komponen auditory dan visual bekerja bersama-sama dalam Working Memory (Baddeley, 1992). Misalnya saat kita sedang menggunakan power point (visual) kita juga menggunakan penjelasan-penjelasan verbal untuk saling melengkapi sehingga membantu siswa mengingat dengan baik. Cara seperti ini secara empiris telah terbukti (Mayer & Moreno, 1998).

Long-term memory adalah tempat penyimpanan memory yang permanen dengan kapasitas yang tidak terbatas. Pakar teori ada yang mengatakan bentuk memory atau isi long-term memory ada yang berupa episodic memory dan ada yang semantic memory. EPISODIC MEMORY adalah memory penyimpanan informasi yang menyimpan pengalaman-pengalaman pribadi kita, merupakan memory autobiografi kita dimana peristiwa-peristiwa yang diingat dan dialami secara pribadi sepanjang hidup. Pengalaman atau informasi pengalaman atau informasi yang ada pada episodic memory umumnya tidak sulit untuk disimpan bahkan sangat mudah disebabkan faktor peristiwa kejadiannya (event) yang sudah sifatnya pribadi atau menarik atau malah sebaliknya begitu menakutkan atau begitu menyenangkan.
Sementara itu SEMANTIC MEMORY adalah bagian dari long-term memory yang menyimpan fakta, konsep, generalisasi dan aturan-aturan isi bidang ilmu beserta strategi-strategi pemecahan masalah dan keterampilan berfikir. Disinilah semua pengetahuan kita yang secara khusus kita pelajari di sekolah umumnya tersimpan. Ada juga yang membagi isi long-term memory berdasarkan pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
PENGETAHUAN DEKLARATIF adalah pengetahuan akan fakta-fakta, definisi, generalisasi dan hukum-hukum. Dengan pengetahuan ini individu dapat menjelaskan sesuatu dengan baik atau mengomentari atau mengkritisi sesuatu dengan baik.
Sedangkan PENGETAHUAN PROSEDURAL adalah pengetahuan berkenaan akan bagaiamana melakukan aktivitas. Pengetahuan terkadang disebut juga dengan sebutan muscle knowledge (pengetahuan yang tersimpan di otot). Mengapa disebut demikian karena pengetahuan procedural bila terus dikerjakan—lama-kelamaan akan berkembang menjadi otomatis dank arena otomatis tersebut membuatnya seolah-olah tidak perlu dipikirkan dan seolah-olah merupakan bagian-bagian tubuh yang bisa bergerak dengan sendirinya. Pengetahuan ini umumnya tidak bisa diacak urutannya sebab bersifat procedural.
Contoh pengetahuan procedural, misalnya dalam belajar mengendarai mobil; langkah pertama menghidupkan, kemudian dilanjutkan dengan menginjak “kopling” dan secara bersamaan memasukkan “perseneling”. Lalu bersamaan melepas “kopling” kita menginjak pedal gas dan mobil akan segera jalan. Begitu juga kalau ingin masuk perseneling (gigi) dua maka langkah tersebut diulang. Cara-cara ini tidak bisa dirubah, kecuali mobil yang otomatis, karena akan membuat tidak berjalan dengan semestinya. Pengetahuan ini tidak bisa terlihat hanya dengan membaca buku atau menulis tes tulis. Sekalipun dia lulus tes tulis, tetap belum tentu dia bisa melakukannya.
Dengan kata lain pengetahuan deklarataif dapat diketahui melalui komentar orang lain, sedangkan procedural dapat diketahui melalui performansi seseorang.
Attention (perhatian) adalah proses pemfokusan pada satu stimuli dan pengabaian stimuli-stimuli lain yang tidak penting. Attention adalah langkah pertama untuk memproses informasi yang tertangkap sensory register. Dengan kata lain bila informasi yang tertangkap di sensory register tidak diberi perhatian maka dalam sekejap informasi itu akan hilang dan tidak bisa masuk ke proses selanjutnya.
Persepsi adalah penafsiran seseorang terhadap stimuli yang diterima. Atau bisa disebut juga proses pemaknaan informasi. Saat stimuli dipersepsi maka secara bersamaan orang tersebut meneruskan informasi yang telah dimaknai ke working memory (memori kerja).
Rehearsal adalah proses pengulangan informasi yang dianggap penting untuk membantu informasi masuk ke dalam long-term memory sehingga menjadi sebuah pengetahuan. Semakin sering informasi itu di ulang-ulang maka semakin otomatis pula informasi tersebut tersimpan ke dalam long-term memory. Dan semakin jarang informasi itu diulang-ulang maka semakin sulit pula informasi itu tersimpan dalam long-term memory. Contohnya sistem SKS yang penyimpanan informasinya tidak bertahan lama karena tidak terjadi pengulangan didalamnya sehingga tidak masuk ke dalam long-term memory dan mudah hilang atau terlupakan.
Encoding adalah proses mengkaitkannya informasi yang baru masuk ke long-term memory dengan informasi yang sudah ada di long-term memory agar informasi yang baru dipelajari tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki individu.
Eggen & Kauchak (2004) mengetengahkan bahwa guru dapat membantu siswa membuat meaningful encoding (encoding yang bermakna) melalui tiga cara: (1) organisasi; (2) Elaborasi; (3) Aktivitas. Organisasi adalah proses pembetukan item-item yang saling berhubungan kedalam sebuah peta konsep. Misalnya dengan membuat gambar/bagan, grafik, tabel, map/peta.  Elaborasi adalah proses peningkatan kebermaknaan informasi dengan membentuk hubungan-hubungan tambahan pada pengetahuan yang telah ada dengan pengetahuan yang baru ada. Misalnya, pembentukan analogy dan penggunaan perangkat mnemonic. Aktivitas adalah menekan siswa aktif dengan berbagai cara seperti dengan “manipulative benda-benda” dalam matematika dan berbagai strategi lainnya.
Retrieval adalah pengambilan kembali informasi yang telah ada di long-term memory atau memori jangka panjang untuk dimunculkan kembali ke working memory.
Metakognisi adalah kesadaraan dan pengetahuan akan kontrol proses-proses kognitif (attention, perception, rehearsal, encoding dan retrieval).
Sensory Register dalam kelas
1.      Saat menyajikan informasi, beri waktu bagi siswa untuk memproses informasi tersebut sebelum berpindah ke informasi lain (stimulus) lain. Seorang guru menyajikan dua soal melalui transparasi OHP, dan menunggu sampai siswa selesai mengkopi soal tersebut baru kemudian dia mulai penjelasan.
2.      Ajukan satu pertanyaan untuk satu satuan waktu.
3.      Saat memberi petunjuk ke siswa berkenaan tugas atau aktivitas yang akan dikerjakan, sajikan petunjuk secara perlahan dan satu demi satu. Minta siswa mengulang petunjuk-petunjuk yang diminta sebelum mereka mulai menjalankannya.
Working Memory dalam kelas
4.      Jagalah supaya penjelasan verbal-singkat dan perlahan untuk mencegah siswa kepenuhan informasi. Lakukanlah lebih perlahan bila usia siswa semakin muda.


      Hitipeuw, Imanuel. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.