Model pemrosesan informasi ini dibuat untuk membantu
pemahaman kita akan proses intenal yang terjadi dalam otak manusia. Kita
kesulitan untuk secara langsung mengamati struktur dan mekanisme yang
beroperasi dalam system persarafan saat kita memproses informasi. Oleh karena
itu belajar menurut Model Pemrosesan Informasi (MPI) adalah proses perubahan
perilaku dalam bentuk perubahan kapasitas memori untuk menyelesaikan problem yang
disebabkan oleh tinggi rendahnya intensitas pemrosesan informasi yang berasal
dari lingkungan. Teori pemrosesan informasi merupakan teori belajar kognitif
yang mendeskripsikan pemrosesan, penyimpanan, dan pelacakan pengetahuan dari
otak atau pikiran (Slavin, 1997).
Model pemrosesan informasi memiliki tiga komponen
penyimpanan informasi. Komponen pertama adalah
komponen penyimpanan informasi. Komponen penyimpanan informasi adalah
tempat-tempat penyimpanan data yang berfungsi untuk menyimpan informasi. Ini
serupa dengan lemari penyimpanan file ataupun penyimpanan data pada computer,
flashdisk, maupun smartphone. Komponen penyimpanan informasi dalam model
pemrosesan informasi terdiri dari tiga bagian, yakni sensory register, short-term
memory (working memory), dan
long-term memory.
Komponen
kedua terdiri dari
proses-proses kognitif. Proses-proses kognitif adalah aksi-aksi internal
intelektual yang mentransfer informasi dari satu penyimpanan informasi ke
penyimpanan informasi lainnya. Proses-prosesnya meliputi attention, perception, rehearsal, encoding, retrieval.
Komponen
ketiga adalah
metakognisi yang merupakan presiden dari proses-proses kognitif. Metakognisi
adalah pengetahuan dari kesadaran individu akan proses-proses kognitifnya dan
dalam mengontrol proses-proses tersebut. Sebagai contoh saat Tina memutuskan
mencatat perkuliahan yang sedang berlangusung karena dengan begitu bisa
menolongnya terus terarah dengan perkuliahannya dan tidak beralih ke hal yang
lain. Tina sebenarnya sedang mendemonstrasikan pengetahuan dan kontrolnya atas attention.
Berikut adalah penjelasan berkenaan MPI dalam arti
bagaimana mendemostrasikan cara kerja model ini. Kita akan mendiskusikan
proses-proses yang menggerakkan informasi dari satu tempat penyimpanan ke
tempat penyimpanan yang lainnya, dan akhirnya kita akan menganalisa bagaimana
kemampuan-kemampuan metakognisi mengatur proses-proses.
Sepanjang pengalaman kita selama kita hidup, stimulus
dari lingkungan terus-menerus membombardir kita, mulai dari jeritan anak kecil,
bunyi klakson mobil, suara burung berkicau, suara petir, bau busuk dari makanan
basi dan bau wangi dari parfum, cahaya matahari yang menusuk pepohonan sampai sentuhan
semut kecil yang merayap di tubuh kita dan membuat kita gatal karena
gigitannya. Semua ini disebut stimuli atau stimulus bila hanya tunggal. Di ruang
kelas, suara guru bertanya dan murid menjawab, tayangan LCD yang menarik, dan
keluhan murid karena ketidaknyamanan kursi dan bangku merupakan stimulus yang
umum kita jumpai. Semua stimulus inilah yang seharusnya kita tangkap dan proses
saat kita belajar di kelas dan mengingat apa yang dipelajari.
Tubuh
manusia dilengkapi dengan berbagai indera (sensory) yang bisa dia gunakan untuk
menangkap semua informasi yang ada dalam lingkungan untuk diteruskan ke otak
guna diproses untuk memahaminya dan atau meyimpannya. Ada indera pendengaran,
penglihatan, pembau, pengecap, peraba, juga ada indera keseimbangan
(vestibular) dan indera proprioseptik ataupun indera yang terletak pada otot
dan pergelangan.
Sensory
register merekam informasi tanpa batas. Berbeda dengan computer yang
kapasitasnya terbatas. Apa yang dilihat maupun didengar terekam apa
adanya—belum dimaknai secara personal dan merupakan tempat penyimpanan
informasi yang paling luar yang berhadapan langsung dengan stimulus.
Sayangnya
lama penyimpanan hanya 1 detik untuk stimulus visual (penglihatan) dan 4 detik
untuk stimulus auditory (pendengaran). Bila stimulus tidak diberi perhatian
maka stimulus-stimulus tersebut akan hilang (Lost). Durasi 1 detik untuk
visual, cukup untuk membuktikan bahwa sensory register adalah tempat
penyimpanan informasi. Untuk stimulus auditory bisa sampai 4 detik bertahan dan
ini yang menyebabkan anak-anak kecil bisa meniru apa yang diucapkan oleh orang
dewasa disekitarnya, sebab apa yang diucapkan durasinya kurang dari 4 detik
sehingga anak bisa mengulang kata-kata yang baru diucapkan ibunya.
Sensory Register adalah tempat penyimpanan informasi yang menyimpan kopi asli stimulus dalam waktu yang
sangat singkat, sekitar 1 detik untuk informasi visual dan sekitar 4 detik
untuk informasi auditory (Moates & Schumacher, 1980). Sensory register
memiliki kapasitas penyimpanan tak terbatas, tetapi jika pemrosesan informasi
tidak segera dimulai, memori akan stimulus yang terlacak akan segera hilang (Lost). Karena itu keberadaan sensory
register sangat penting untuk pemrosesan lebih lanjut.
Beberapa
hal bisa menghambat fungsi sensory. Misalnya faktor usia yang sudah tua, dan
kecacatan yang berkaitan dengan hilangnya kemampuan indera sehingga individu
yang bersangkutan perlu melakukan kompensasi hilangnya indera tertentu pada
indera yang lain, misalnya anak tunanetra akan mengkompensasi atas hilangnya
indera penglihatan dengan mengoptimalkan penggunaan indera pendengaran dan perabaan.
Mereka bisa membaca dan menulis bukan karena bisa melihat huruf-huruf tersebut
namun mereka meraba dan mendengar deskripsi verbal tentang huruf-huruf
tersebut.
Informasi
yang diterima sensory register kemudian diteruskan ke penyimpanan informasi
selanjutnya, yakni Working Memory
(shor-term memory). Short-term memory adalah tempat penyimpanan yang secara
sadar sedang kita olah atau pikirkan.
Working
memory memiliki dua fungsi vital yang saling berhubungan:
1)
Penyimpanan
sementara yang mampu menyimpan secara terbatas informasi atau waktu yang
singkat, biasanya 5-9 item (atau 7 ± 2) dan untuk waktu yang juga terbatas
sekitar 20 detik (pada orang dewasa)
2)
Short-term
memory melakukan operasi-operasi mental, seperti pemecahan masalah, menganalisa
kebutuhan, mempertanyakan sesuatu, membandingkan sesuatu dengan lain, bahkan
sampai mengerjakan hal yang sederhana seperti operasi hitung 2 + 2, dan
sebagainya. Singkatnya apapun yang kita pikirkan maupun kita kerjakan dengan
otak, berarti Working Memory sedang
bekerja.
Disebut
short-term memory karena sebagai tempat penyimpanan sementara dari informasi
yang sedang diolah dan umumnya disebut juga Working
Memory karena operasi-operasi manipulasi mental merupakan fungsi dari memory
ini.
Berkaitan
dengan kapasitas penyimpanannya yang terbatas, Cognitive Load Theory menekankan tiga faktor yang dapat menolong
mengakomodasi keterbatasan Working Memory
dalam pembelajaran:
1) Chunking
Chunking
yaitu proses memadukan item-item yang berbeda secara mental kedalam unit-unit
yang lebih bermakna dan besar. Misalnya I, S, B adalah huruf-huruf yang berdiri
sendiri dan butuh 3 byte untuk diingat, akan tetapi apabila dijadikan 1 byte
menjadi BIS akan memudahkan untuk diingat. Contoh lainnya warna pelangi, Merah-Jingga-Kuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu—Sulit
ditangkap secara cepat karena membutuhkan ruang sebanyak sekitar 14 byte. Akan
tetapi jika diolah dengan penggalan (chunking) kedalam kata-kata bermakna
menjadi Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-U—ia hanya akan menghabiskan sekitar 7 chunking atau
byte. Artinya working memory akan dimampukan untuk bekerja secara efektif dan
efisien.
Working
memory berfungsi juga sebagai alat pemilah stimulus dan ini diperlukan karena
keterbatasan kapasitasnya. Stimulus yang masuk kita putuskan apakah akan kita
(1) lupakan saja atau membuangnya, (2) menahannya dengan cara mengulang-ulang
(rehearsal) atau (3) memproses informasi atau stimulus tersebut ke Long-Term Memory dengan melakukan
rehearsal yang intensif atau menghubungkan informasi dari stimulus tersebut
dengan informasi yang telah atau dalam Long-Term
Memory (Encoding).
Berbeda
dengan Sensory Register, Working Memory memiliki kapasitas yang
terbatas. Karena itu materi yang disajikan harus bertahap atau dipecah-pecah
agar tidak overload (kepenuhan lebih
dari kapasitas).
Pada
anak-anak usia dini kadang mereka mengalami kesulitan memproses stimuli dan
berbagai sumber secara simultan. Di sekolah dikenal yang namanya sambil
menyelam minum air, artinya sambil mengerjakan tugas tertentu, seseorang
diminta untuk memperhatikan hal-hal lain yang ada disekitarnya. Bagi anak-anak
hal ini sulit apalagi bila mereka sedang terfokus dengan satu
sumber. Misalnya, saat anak-anak sedang fokus mengerjakan tugas, sebaiknya guru
jangan memberikan pengumuman yang lain. Pengumuman tersebut bisa tidak diproses
atau ditangkap bahkan tidak akan diingat oleh anak. Karena pada saat itu Short-Term Memory anak sedang terfokus
dan sibuk bekerja mengolah informasi dari banyak stimuli, apa yang ditulis di
papan tulis dan apa yang
ditulisnya. Sehingga bila ada stimuli baru (pengumuman) maka sulit untuk diolah
dan akan segera terbuang atau hilang atau terlupakan. Oleh karena itu perlu
dilakukan;
2) Automatically
Automatically
atau otomatis adalah pengunaan operai-operasi mental yang dapat ditampilkan
dengan tidak begitu banyak usaha yang sadar (Healy et al, 1993 & Shiffrin
1997). Bila siswa diminta membuat karangan singkat misalnya, dan bila siswa
tersebut sudah terampil bagaimana menulis huruf-huruf kecil dan capital dalam
menulis kaat-kata, dan telah menguasai tanda baca—maka hal-hal ini (huruf kecil
dan capital dan tanda-tanda baca) tidak lagi memenuhi Working Memory anak. Sehingga anak cukup memikirkan cerita
apa yang akan ditulisnya.
Dengan cara demikian apa yang akan dikerjakan tidak lagi banyak.
3) Dual
processing
Dual
processing adalah cara dari dua bagian yang berbeda, komponen auditory dan visual bekerja bersama-sama dalam Working Memory (Baddeley, 1992). Misalnya saat kita sedang
menggunakan power point (visual) kita juga menggunakan penjelasan-penjelasan
verbal untuk saling melengkapi sehingga membantu siswa mengingat dengan baik.
Cara seperti ini secara empiris telah terbukti (Mayer & Moreno, 1998).
Long-term
memory adalah tempat penyimpanan memory yang permanen dengan
kapasitas yang tidak terbatas. Pakar teori ada yang mengatakan bentuk memory
atau isi long-term memory ada yang
berupa episodic memory dan ada yang semantic memory. EPISODIC MEMORY adalah
memory penyimpanan informasi yang menyimpan pengalaman-pengalaman pribadi kita,
merupakan memory autobiografi kita dimana peristiwa-peristiwa yang diingat dan dialami
secara pribadi sepanjang hidup. Pengalaman atau informasi pengalaman atau
informasi yang ada pada episodic memory umumnya tidak sulit untuk disimpan
bahkan sangat mudah disebabkan faktor peristiwa kejadiannya (event) yang sudah
sifatnya pribadi atau menarik atau malah sebaliknya begitu menakutkan atau
begitu menyenangkan.
Sementara
itu SEMANTIC MEMORY adalah bagian dari long-term memory yang menyimpan fakta,
konsep, generalisasi dan aturan-aturan isi bidang ilmu beserta strategi-strategi pemecahan masalah
dan keterampilan berfikir. Disinilah semua pengetahuan kita yang secara khusus
kita pelajari di sekolah umumnya tersimpan. Ada juga yang membagi isi long-term memory berdasarkan
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
PENGETAHUAN
DEKLARATIF adalah pengetahuan akan fakta-fakta, definisi, generalisasi dan hukum-hukum.
Dengan pengetahuan ini individu dapat menjelaskan sesuatu dengan baik atau
mengomentari atau mengkritisi sesuatu dengan baik.
Sedangkan
PENGETAHUAN PROSEDURAL adalah pengetahuan berkenaan akan bagaiamana melakukan
aktivitas. Pengetahuan terkadang disebut juga dengan
sebutan muscle knowledge (pengetahuan
yang tersimpan di otot). Mengapa disebut demikian karena pengetahuan procedural
bila terus dikerjakan—lama-kelamaan akan berkembang menjadi otomatis dank arena
otomatis tersebut membuatnya seolah-olah tidak perlu dipikirkan dan seolah-olah
merupakan bagian-bagian tubuh yang bisa bergerak dengan sendirinya. Pengetahuan
ini umumnya tidak bisa diacak urutannya sebab bersifat procedural.
Contoh
pengetahuan procedural, misalnya dalam belajar mengendarai mobil; langkah
pertama menghidupkan, kemudian dilanjutkan dengan menginjak “kopling” dan
secara bersamaan memasukkan “perseneling”. Lalu bersamaan melepas “kopling”
kita menginjak pedal gas dan mobil akan segera jalan. Begitu juga kalau ingin
masuk perseneling (gigi) dua maka langkah tersebut diulang. Cara-cara ini tidak
bisa dirubah, kecuali mobil yang otomatis, karena akan membuat tidak berjalan
dengan semestinya. Pengetahuan ini tidak bisa terlihat hanya dengan membaca
buku atau menulis tes tulis. Sekalipun dia lulus tes tulis, tetap belum tentu
dia bisa melakukannya.
Dengan kata
lain pengetahuan deklarataif dapat diketahui melalui komentar orang lain,
sedangkan procedural dapat diketahui melalui performansi seseorang.
Attention
(perhatian) adalah proses pemfokusan pada satu stimuli dan pengabaian
stimuli-stimuli lain yang tidak penting. Attention adalah langkah pertama untuk
memproses informasi yang tertangkap sensory register. Dengan kata lain bila
informasi yang tertangkap di sensory register tidak diberi perhatian maka dalam
sekejap informasi itu akan hilang dan tidak bisa masuk ke proses selanjutnya.
Persepsi
adalah penafsiran seseorang terhadap stimuli yang diterima. Atau bisa disebut
juga proses pemaknaan informasi. Saat stimuli dipersepsi maka secara bersamaan
orang tersebut meneruskan informasi yang telah dimaknai ke working memory
(memori kerja).
Rehearsal
adalah proses pengulangan informasi yang dianggap penting untuk membantu
informasi masuk ke dalam long-term memory sehingga menjadi sebuah pengetahuan.
Semakin sering informasi itu di ulang-ulang maka semakin otomatis pula
informasi tersebut tersimpan ke dalam long-term memory. Dan semakin jarang
informasi itu diulang-ulang maka semakin sulit pula informasi itu tersimpan
dalam long-term memory. Contohnya sistem SKS yang penyimpanan informasinya
tidak bertahan lama karena tidak terjadi pengulangan didalamnya sehingga tidak
masuk ke dalam long-term memory dan mudah hilang atau terlupakan.
Encoding
adalah proses mengkaitkannya informasi yang baru masuk ke long-term memory
dengan informasi yang sudah ada di long-term memory agar informasi yang baru
dipelajari tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya
yang dimiliki individu.
Eggen
& Kauchak (2004) mengetengahkan bahwa guru dapat membantu siswa membuat
meaningful encoding (encoding yang bermakna) melalui tiga
cara: (1) organisasi; (2) Elaborasi; (3) Aktivitas. Organisasi adalah proses
pembetukan item-item yang saling berhubungan kedalam sebuah peta konsep.
Misalnya dengan membuat gambar/bagan, grafik, tabel, map/peta. Elaborasi adalah proses peningkatan kebermaknaan
informasi dengan membentuk hubungan-hubungan tambahan pada pengetahuan yang
telah ada dengan pengetahuan yang baru ada. Misalnya, pembentukan analogy dan
penggunaan perangkat mnemonic. Aktivitas adalah menekan siswa aktif dengan
berbagai cara seperti dengan “manipulative benda-benda” dalam matematika dan
berbagai strategi lainnya.
Retrieval
adalah pengambilan kembali informasi yang telah ada di long-term memory atau
memori jangka panjang untuk dimunculkan kembali ke working memory.
Metakognisi
adalah kesadaraan dan pengetahuan akan kontrol proses-proses kognitif
(attention, perception, rehearsal, encoding dan retrieval).
Sensory
Register dalam kelas
1. Saat
menyajikan informasi, beri waktu bagi siswa untuk memproses informasi tersebut
sebelum berpindah ke informasi lain (stimulus) lain. Seorang guru menyajikan
dua soal melalui transparasi OHP, dan menunggu sampai siswa selesai mengkopi
soal tersebut baru kemudian dia mulai penjelasan.
2. Ajukan
satu pertanyaan untuk satu satuan waktu.
3. Saat
memberi petunjuk ke siswa berkenaan tugas atau aktivitas yang akan dikerjakan,
sajikan petunjuk secara perlahan dan satu demi satu. Minta siswa mengulang
petunjuk-petunjuk yang diminta sebelum mereka mulai menjalankannya.
Working
Memory dalam kelas
4. Jagalah
supaya penjelasan verbal-singkat dan perlahan untuk mencegah siswa kepenuhan
informasi. Lakukanlah lebih perlahan bila usia siswa semakin muda.
Hitipeuw, Imanuel. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.