HUTAN TROPIS
1.
PENGERTIAN
HUTAN TROPIS
Pengertia
hutan tropis adalah hutan alam yang terletak di antara garis 23° Lintang Utara
dan 23° Lintang Selatan, berada pada daerah iklim tropis. Hutan Tropis terdapat
di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara, sebagian
besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian besar
wilayah Amerika Selatan. Luas dari daerah tropis mencakup 30% dari keseluruhan
wilayah di permukaan bumi.
Di daerah hutan tropis hanya terdapat dua musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan yang tinggi, berbeda dengan daerah
subtropis.
Keragaman jenis satwa maupun flora di daerah hutan tropis
sangat tinggi dibandingkan pada lokasi yang lain. Kondisi habitat pada daerah
hutan tropis sangat heterogen, menyebabkan muculnya keanekaragaman jenis yang
tinggi. Keranekaragaman jenis yang terbesar terdapat pada hutan tropis di Asia
Tenggara, kemudian hutan tropis Amazon setelah itu hutan tropis Afrika.
Perkiraan jumlah spesies pohon di hutan tropis Asia Tenggara sebanyak 12.000 -
15.000 spesies, untuk hutan tropis Amazon Amerika Latin sebesar 5000 - 7000
spesies, sedang pada hutan tropis Afrika sebesar 2000 - 5000 spesies.
2.
CIRI-CIRI
HUTAN HUJAN TROPIS
Ciri-ciri hutan tropis, antara lain sebagai berikut:
1.
Pohon-pohonnya tinggi, rapat, dan berdaun lebat.
2.
Dasar hutan ditumbuhi rumput dan lumut sebagai penutup
lahan.
3.
Sinar matahari tidak dapat menembus dasar hutan.
4.
Udara di sekitarnya lembab, biasanya 80% atau lebih.
5.
Terjadi di daerah curah hujan tinggi.
6.
Struktur hutan hujan tropis terdiri dari tajuk yang
berlapis-lapis.
7.
Lapis tajuk yang atas terdiri dari pohon-pohon yang muncul
di antara lapis tajuk di bawahnya (kedua) dengan tinggi antara 45 – 60 m.
8.
Pohon pada lapis teratas umumnya mempunyai tajuk yang kecil
dan tidak teratur dengan sedikit susunan cabang.
9.
Lapis tajuk kedua merupakan kanopi utama yang umumnya
terdiri dari jenis-jenis pohon yang ramping dengan tinggi antara 30-40 m.
10.
Lapisan tajuk di bawahnya terdiri dari jenis-jenis pohon
yang sangat toleran, dengan batang yang ramping, tinggi dan tajuk yang kecil,
terdapat banyak epifit pada cabang yang tinggi.
11.
Pada lantai hutan banyak terdapat jenis-jenis tumbuhan bawah
seperti palem kecil, jenis-jenis bambu, rotan, aku-pakuan dan jenis-jenis
lainnya, ayau mungkin hampir tanpa tumbuhan bawah.
3.
KONDISI
HUTAN DI INDONESIA
Hutan
Indonesia terkenal sebagai pusat keanekaragaman flora dan fauna dunia, dengan
tercatat sebagai urutan pertama untuk mamalia (436 spesies, 51 %), kupu-kupu
(121 spesies, 44 %), dan palem (477 spesies, 47 %); urutan keempat untuk
reptilia (512 spesies, 29 %); urutan kelima untuk burung (1.519 spesies, 28 %);
urutan keenam untuk amfibia (270 spesies, 37%); dan urutan ketujuh untuk
tumbuhan berbunga (29.375 spesies).
Kawasan
hutan yang demikian luas ini mewakili berbagai macam tipe ekosistem dan
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sebagian besar kawasan hutan Indonesia
tersebut meliputi hutan lindung dan hutan konservasi yang difungsikan untuk
perlindungan sistem penyangga kehidupan, mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, memelihara kesuburan tanah, pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Data
Departemen Kehutanan Republik Indonseia, luas hutan di Indonesia berdasarkan
pemanfaatannya pada tahun 1950 adalah 162 juta hektare. Pada 1985 atau 35 tahun
berikutnya, luas hutan Indonesia berkurang menjadi 119 juta hektar. Dalam kurun
waktu 12 tahun, luas hutan di Indonesia menjadi 98 juta hektare atau hilang 21
juta hektare. Sementara pada tahun 2005, luas hutan yang tersebar di enam pulau
besar yakni Papua, Maluku, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi itu tinggal
85 juta hektare. Berarti selama kurun waktu 55 tahun dari 1950 hingga 2005,
hutan kita telah hilang 77 juta hektare atau 47,5%.
Kawasan
hutan Indonesia berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan mengalami
tekanan yang cukup serius. Tekanan tersebut puncaknya terjadi selama masa
euforia reformasi, baik tekanan terhadap luasan kawasan hutan maupun sumber daya
alam hayatinya. Maraknya eksploitasi SDA secara ilegal serta kebakaran hutan
menjadi penyebab utama kerusakan hutan yang merugikan negara trilyunan rupiah.
Pada masa reformasi tersebut (tahun 1997-2003) kerusakan hutan diperkirakan
2,83 juta hektar.
3.1 Profil hutan tropis Papua
Hutan
terakhir di Asia Tenggara berada di Papua. Hutan Tropis di Tanah Papua dengan
luas 416.000 km2 yakni sekitar 40.5 juta Ha atau 33,74 % dari total
luas Hutan Tropis Indonesia (120,35 juta Ha) merupakan salah satu daerah di
Indonesia yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam dengan
nilai keunikannya yang khas.
Sekitar
81,14 % luas lahan di Tanah Papua berupa tutupan hutan yang mengandung kekayaan
keanekaragaman hayati begitu tinggi. Papua menjadi penyumbang utama
keanekaragaman hayati Indonesia. Diperkirakan 602 jenis burung (52% spesies),
223 jenis mamalia (58% spesies), 223 jenis reptil (35% spesies) dan 1030
jenis tumbuhan (55% spesies) hidup dibelantara Papua.
Propinsi
Papua dan Papua Barat, merupakan Eden Jardin (taman firdaus) yang
masih ada dan terlengkap diplanet bumi. Keduanya merupakan bagian dari daratan
tertua di gugusan nusantara Indonesia yang terbentuk sejak 195 juta tahun
silam. Kedua wilayah di Propinsi ini memiliki keanekaragaman hayati yang
luar biasa dan dikategorikan sebagai ekoregion Papua.
Ekoregion
merupakan istilah yang oleh World Wild Fund (WWF) didefinisikan sebagai unit
air dan tanah yang menyimpan sejumlah species.
Hingga kini sekitar 80% permukaan ekoregion Papua (Selanjutnya disebut
Papua) masih ditutupi hutan hujan tropis dan dijuluki raksasa rainforest
karena luasnya yang mencapai 42 juta Ha, menjadi rumah bagi 50% biodiversitas
Indo-Malaya.
4.
FLORA DAN FAUNA YANG HIDUP DI HUTAN
TROPIS
·
Flora
Hutan tropis biasanya memiliki 100
sampai 250 spesies pohon yang berbeda dalam 1 hektar. Pohon-pohon cemara dan
sebagian besar datang dalam berbagai bentuk: dengan bulat, sangat berkerut,
atau batang berduri, daun besar atau selebaran kecil. Ragam jenis tanaman
lainnya: semak, tanaman rambat raksasa, tumbuh-tumbuhan besar dan kecil, liana,
epifit (tanaman yang tumbuh pada tanaman lain dan tidak berakar di dalam
tanah), hemi-epifit (yang memulai hidup sebagai epifit kemudian memperpanjang
akar ke tanah ), dan lumut.
·
Hewan
Hewan hutan tropis juga beragam. Di Kalimantan ada tupai ukuran tikus dan tupai yang panjangnya 75 cm (29,5 inci). Babi hutan, tupai, macan tutul, empat belas jenis monyet dan 230 jenis burung dalam, 86 spesies katak, dan 53 spesies ular. Serangga yang beragam, dan 46 spesies semut.
Hewan hutan tropis juga beragam. Di Kalimantan ada tupai ukuran tikus dan tupai yang panjangnya 75 cm (29,5 inci). Babi hutan, tupai, macan tutul, empat belas jenis monyet dan 230 jenis burung dalam, 86 spesies katak, dan 53 spesies ular. Serangga yang beragam, dan 46 spesies semut.
5.
FUNGSI HUTAN
TROPIS
Hutan hujan tropis memiliki
banyak pohon yang besar-besar dan tinggi-tinggi serta berdaun lebar. Di
dalamnya juga terdapat berbagai macam bentuk hidup (lifeform). Selain itu, terdapat pula tumbuhan yang menempel
pada tumbuhan lain (epiffit) baik yang bersifat mutualisme, parasitisme, dan
komensalisme. Seluruh tumbuhan yang terdapat di dalam hutan hujan tropis
berperan dalam menjaga kelembaban udara baik dalam skala mikro maupun
makro. Hal tersebut menyebabkan suhu disekitar hutan menjadi rendah.
Selain itu, hutan tropis memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya:
1.
Perlindungan
Sebagai fungsi perlindungan, hutan tropis secara umum
mempunyai peranan yang penting antara lain:
1.
Melindungi tanaman pertanian dari
kekeringan, angin kencang dan radiasi berlebihan.
2.
Melindungi tata guna lahan dan tata air.
3.
Melindungi gangguan alamiah atau buatan,
seperti suara bising, bau asap dan pencemaran lainnya.
6.
Melindungi organisme sebagai habitat
tempat hidup berbagai hewan.
2.
Pengaturan
1.
Memperbaiki atmosfer pemukiman dan daerah rekreasi.
2.
Menurunkan suhu di daerah pemukiman .
3.
Memperbaiki nilai estetis dan bentang alam
3.
Pengatur tata air
a)
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari
permukaan tanah atau permukaan air ke udara disebut penguapan atau evaporasi,
peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi peristiwa keduanya secara
bersama disebut evapotranspirasi.
b)
Penguapan air pada tanah gundul mula mula cepat, sebab air
yang menguap adalah yang terdapat dipermukaan tanah.
c)
Kecepatan penguapan air melalui permukaan tanah gundul
relatif lebih sedikit dibandingkan dengan melalui tanah yang tidak gundul.
4.
Penyerap karbondioksida
Karbondioksida yang terdapat
diudara, dengan proses fotosintesis digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan,
sehingga hutan dikatakan sebagai paru paru dunia. Perlu dipertanyakan berapa
persen hutan yang masih ada di negara yang telah maju. Mereka telah menggunakan
hutannya untuk pembangunan dimasa yang telah silam. Disisi lain karbondioksida
banyak berasal dari negara maju, ironisnya untuk menyerap karbondioksida
ditugaskan bagi hutan negara yang sedang berkembang
5. Fungsi hutan yang lain
·
Sumber
plasma nutfah sangat penting, karena berbagai misteri kehidupan yang terdapat
dalam hutan terlalu banyak yang belum diketahui. Plasma
nutfah merupakan substansi yang mengatur perilaku kehidupan secara turun
temurun, sehingga populasinya mempunyai sifat yang membedakan dari populasi
yang lainnya.
·
Habitat
satwa.
·
Penciptaan
iklim mikro.
·
Bioindikator
terjadinya hujan asam dan pencemaran udara yang lain,
Pencegah erosi dan banjir.
Pencegah erosi dan banjir.
Apabila hutan hujan tropis mengalami kerusakan maka fungsi tersebut dapat
hilang. Bahkan jika kerusakan terjadi secara total di banyak wilayah di
seluruh dunia, maka dapat menyebabkan pemanasan global.
6. Dampak
Eksploitasi Berlebihan Terhadap Ekosistem
1)
Fragmentasi
dan degradasi habitat
Meningkatkan populasi penduduk dunia
menyebabkan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan
manusia. Contoh, yang dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan manusia seperti
lahan untuk pertanian, tempat tinggal, industri dan sebagainya.
Fragmentasi
dan degradasi habitat menyebabkan munculnya masalah lain seperti kematian
organisme karena hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal, menurunnya keanekaragaman
sumber makanan dan tempat tinggal, serta menurunnya keanekaragaman spesies pada habitat
tersebut.
2) Terganggunya aliran energi didalam ekosistem
Ekosistem
alami yang dirusak dan diubah menjadi ekosistem buatan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan aliran energi dalam ekosistem tersebut. Contohnya, ketika
proses penebangan atau pembakaran hutan selesai maka kawasan hutan kemudian
ditanami dengan satu jenis tumbuhan (sistem monokultur). Hal tersebut
menyebabkan aliran energi yang semula bersifat kompleks, yaitu antara berbagai
jenis produsen (pohon-pohon besar dan kecil), konsumen (berbagai macam hewan),
detritivora (jamur, bakteri, dan sebagainya). Menjadi aliran energi yang
sederhana , yaitu satu jenis produsen (contohnya padi), beberapa konsumen dan
detrivora.
3) Terganggunya daur materi didalam ekosistem
Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat aktivitas manusia juga akan ikut
meningkat. Meningkatnya aktivitas manusia didunia berpengaruh terhadap daur
biogeokimia. Sebagai contoh, daur karbon yang terganggu akibat semakin banyak
penggunaan bahan bakar.
4) Resistensi spesies merugikan
Penggunaan
pestisida dan antibiotik secara berlebihan untuk membunuh populasi organisme
yang merugikan (hama atau pathogen) dapat menyebabkan munculnya populasi
organisme yang kebal terhadap pestisida dan antibiotik tersebut. Hama yang
tidak atau kurang sensitif (kebal) terhadap pestisida jenis tertentu dapat
bertahan dari penggunaan pestisida tersebut.
Demikian juga adanya jika antibiotik digunakan secara berlebihan, yaitu dalam dosis yang terlalu sering. Populasi spesies pathogen yang dapat bertahan dari dosis antibiotik tersebut akan berkembang biak menghasilkan populasi spesies pathogen yang kebal.
Demikian juga adanya jika antibiotik digunakan secara berlebihan, yaitu dalam dosis yang terlalu sering. Populasi spesies pathogen yang dapat bertahan dari dosis antibiotik tersebut akan berkembang biak menghasilkan populasi spesies pathogen yang kebal.
5) Berkurangnya SDA terbaharui
Kayu
tanduk, gading dan sebagainya merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Walaupun memiliki sifat dapat diperbaharui, penggunaan dan
eksploitasi secara berlebihan dapat menurunkan jumlah dan kualitas baik.
Semakin berkurang hal tersebut menyebabkan kualitas kayu dan tingkat regenerasi
semakin menurun.
6) Hilangnya spesies penting
Setiap
organisme memiliki peran penting didalam suatu ekosistem. Contohnya, didalam
ekosistem sawah, hilangnya keberadaan predator seperti burung, ular, dan
sebaginya. Dapat meningkatkan populasi organisme lain. Misalnya, tikus makan
padi akan menurun dan hasil panen akan berkurang.
7) Introduksi spesies asing
Introduksi
atau masuknya spesies dari suatu ekosistem kedalam ekosistem lainnya. Biasanya
bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan manusia. Namun, introduksi
spesies asing juga dapat merugikan. Karena, terkadang didalam ekosistem yang
baru, spesies tersebut tidak memiliki predator alami. Serangga Neochetin
Eichorniae yang merupakan predator tanaman eceng gondok dan dapat mengendalikan
populasi eceng gondok diperairan tidak hidup di Indonesia.
Eksploitasi sumber daya alam
secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran dan fungsi alam ini
terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana alam seperti
tanah longsor, banjir, kabut asap, dan pemanasan global.
Bencana tanah longsor disebabkan
oleh penggundulan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
terhadap kelestarian hutan. Ketika hutan dalam keadaan gundul maka formasi
tanah akan menjadi larut dan menggelincir diatas bidang licin pada saat terjadi
hujan. Sehingga bencana banjir yang disertai tanah longsor tidak dapat
dihindarkan lagi.
Bencana banjir yang selalu
terjadi setiap tahun hampir di seluruh wilayah Indonesia disebabkan oleh pola
tingkah manusia yang suka membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan
rusaknya tata guna lahan dan air. Tata guna lahan dan air menyebabkan laju
erosi dan frekuensi banjir meningkat.
Eksploitasi hutan di daerah hulu
yang dapat menghilangkan fungsi hutan di daerah hulu sebagai penutup lahan
terhadap tumpahan air hujan dan penghambat kecepatan aliran permukaan juga
dapat menyebabkan banjir. Pembangunan dan penataan sarana-sarana fisik yang
tidak teratur dan penggunaan lahan yang tidak seimbang di kota-kota besar
seperti Jakarta merupakan salah saru sebab ibu kota negara ini tidak pernah
absen dari bencana banjir. Contoh: Tidak diperhatikannya aspek drainase,
banyaknya bangunan di bantaran sungai, berubahnya fungsi lahan dan lain-lain.
Setelah musim hujan usai dan
bencana banjir sementara telah pergi, kemudian bencana kabut asap akan terjadi
di musim kemarau. Hampir di setiap musim kemarau kita melihat kasus-kasus kabut
asap yang terjadi akibat pembakaran hutan oleh pihak-pihak yang ingin
mendapatkan secuil keuntungan pribadi melalui pembuatan lahan baru di hutan.
Pembakaran yang dilakukan umumnya hanya menggunakan alat pengendali api
seadanya sehingga laju api tidak dapat dikendalikan dan kabut asap tebal
menyelimuti wilayah tersebut.
Masalah lingkungan yang tidak
habis-habisnya dibicarakan oleh msyarakat dunia adalah masalah pemanasan global
(Global Warming). Industrialisasi di seluruh dunia menyebabkan polusi CO2
diudara meningkat dengan cepat menyebabkan terjadinya bencana pemanasan global.
Akibatnya terjadi perubahan iklim dan kenaikan air laut yang menyebabkan abrasi
pantai. Bencana paling hebat di Indonesia adalah bencana lumpur panas yang
terjadi pada bulan Juni 2006. Peristiwa ini terjadi karena pengeboran yang
tidak sesuai dengan formasi batuan sehingga memotong formasi lumpur dan
menembus formasi gas.
Banyak
sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan.
Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga
kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya
sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan
yang dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenai dampak lingkungan yang akan
terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar